FOTO

FOTO

Laman

Rabu, 16 Januari 2013

PEMUTARAN FILM “DARAKU MERAH BUKAN HITAM” DIHADIRI RATUSAN PENONTON

“Darahku Merah Bukan Hitam” adalah sebuah film dokumenter yang disutradarai oleh Belo Tarran. Film ini mengupas kembali tentang sejarah perjuangan masyarakat Toraja pada tahun 1906-1917. Dimana ketika itu Belanda berangkat dari Luwu memasuki Toraja melalui wilayah Balusu daerah kekuasaan Ne’ Matandung.

Terbunuhnya sang misionaris Antoni Aris Van De Loostrecht atau lebih dikenal dengan peristiwa Bori 1917 yang sangat kontraversi adalah cerita inti dari film tersebut. Motif pembunuhan kepada sang misionaris itu telah menimbulkan berbagai multi tafsir dikalangan masyarakat Toraja bahkan dalam kalangan Gereja. Kesimpangsiuran berita, multi tafsir motif pembunuhan, ketidakjelasan dari berbagai pihak adalah alasan bagi sang Sutradara untuk mengungkap kembali kisah ini dalam bentuk film dengan harapan adanya persamaan persepsi dan penghargaan terhadap mereka yang dibuang ke Nusakambangan, Bogor dan Tanah Merah Papua.

Penyelenggara Dan Deskripsi Kegiatan.

DR. Thomas Raya Tandisau' M.si
Ketua Kerukunan keluarga Balusu
membuka acara di Balla Tamalanrea
Rana Dase membacakan puisi tentang Pong Maramba' di Balla Tamalanrea
Geppmator adalah sebuah organisasi pemuda dan Mahasiswa Toraja yang berkedudukan di Makassar adalah penyelenggara pemutaran film ini dengan membentuk panitia sebagai pelaksana teknis yang diketuai oleh Zakarias. Pemutaran Film ini diadakan ditiga tempat yang berbeda yaitu Makassar (Balla Tamalanrea, 30 Nov 2012), Makale (Hotel Puriartha, 06 Des 2012) dan Rantepao (Art Centre, 08 Des 2012). 

Pemutaran perdana di Balla Tamalanrea dibuka oleh Ketua kerukunan Balusu DR. Thomas Raya Tandisau’, M.si. Dalam sambutannya beliau menceritakan tentang masuknya belanda di Toraja dan sejarah kapuangan (kebangsawanan) Ne’ Matandung di Balusu serta beberapa rekan ne’ Matandung yang dibuang keluar Toraja. Penonton yang turut hadir dalam pemutaran film ini dihadiri sekitar 200 orang. Pemutaran ini diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu daerah Marendeng Marampa’ yang dipandu oleh salah satu mahasiswi Toraja dari Unhas S. Rahayu. Rana Dase adalah masyarakat Toraja yang juga banyak pengetahuan tentang sejarah Toraja turut hadir dan membacakan puisi tentang sejarah Pong Maramba’ penguasa wilayah Kesu’ di Toraja.
Salah satu Pendeta dari Jemaat Balla Tamalanre juga ikut berkomentar
Penonton Film di Balla Tamalanrea
Pemutaran selanjutnya dilaksanakan di Hotel Puriartha Makale pada tanggal 06 Des 2012 diawali juga dengan lagu Indonesia Raya dan lagu Marendeng Marampa’ serta pembacaan puisi dari Rana Dase. Pemutaran Film di Makale dibuka oleh Bupati Tana Toraja yang diwakili oleh asisten III Ibu Dice Kondorura. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa perlunya pemahaman sejarah bagi generasi muda sebagai pelanjut pemegang tongkat estafet pembangunan, karna tanpa pemahaman dan pengetahuan sejarah maka sulit untuk memajukan pendidikan yang berbasis budaya, sementara sejarah daerah dan budayanya adalah kedua hal yang tak bisa dipisahkan. 
Dice Kondorura dalam sambutannya juga mengapresiasi kegiatan ini dan mengharapkan Geppmator akan menciptakan program yang lebih dinamis dan bernuansa akademis serta terus melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah. Sementara itu Frans Bore Sampe Padang sebagai ketua Geppmator juga memberikan sambutan dan dalam sambutannya Frans mengatakan bahwa pemda harus lebih aktif dan memberikan ruang bagi pemuda untuk menggali dan mempelajari akan sejarah perjuangan masyarakat Toraja agar pemuda sebagai generasi bangsa tidak terjebak pada sejarah yang keliru dan hilangnya jiwa nasionalisme akibat kebutaan sejarah.
salah satu Mahasiswa darii STAKN Tana Toraja
memimpin doa pembukaan di hotel Puriartha Makale 
Pemutaran film di Makale juga terlaksana atas kerjasama dengan KNPI Tana Toraja. Alexander Patandean., S.pd selaku ketua KNPI Tana Toraja juga memberikan sambutan. Beliau memberikan apresiasi kepada Geppmator selaku organisasi pemuda yang aktif melakukan penggalian sejarah. Beliaupun mengatakan bahwa pembunuhan terhadap Antoni Aris Van De Loostrecht adalah sebuah rentetan sejarah yang telah mengubah kehidupan masyarakat Toraja. 


Ketua KNPI Tana Toraja duduk berdampingan dengan
 Asisten III Dice Kondorura
Olehnya itu sejarah tak harus dilupakan dan tetap menjadi sebuah kebanggan bagi Masyarakat Toraja sendiri. Harapan beliau kiranya bukan Cuma Geppmator yang dapat bekerjasama dengan KNPI namun juga ormas ormas pemuda yang lainnya dapat bersinergi dengan KNPI dalam membangun karakter pemuda yang berkualitas.
Situasi lokasi Film 2 Jam sebelum pemutaran
Pada tanggal 08 Desember 2012 di Art Centre Rantepao pemutaran film “Darahku Merah Bukan Hitam” kembali digelar. Pemutaran film ini adalah pemutaran terakhir setelah di Makassar dan Makale. Secara adat pemutaran dan diskusi ini dibuka oleh ketua adat yaitu Barumbun dalam bentuk Ma’parapa’. Dalam kesempatan itu Barumbun mengatakan dengan tegas bahwa kegiatan ini resmi secara adat karna diakhiri dengan teriakan gemuruh “IYO” dari seluruh penonton yang hadir.
San Sutradara mengamati kualitas gambar dan pencahayaannya
Sementara itu secara ceremonial kegiatan ini dibuka atas nama Bupati Toraja Utara yang diwakili oleh wakil ketua Dinas Pendidikan Toraja Utara. Dalam sambutannya wakil ketua diknas torut mengatakan bahwa perjalanan sejarah toraja tidak lepas dari berbagai peristiwa peristiwa penting.
Tampak seorang bule dan pemandunya
turut hadir menyaksikan film di Puriartha
Olehnya itu beliau berharap adanya rekomendasi yang dapat di hasilkan dari pemutaran dan diskusi film “Darahku Merah Bukan Hitam”. Tampak juga beberapa tokoh pemuda yang hadir diantaranya ketua KNPI Toraja Utara Briken Linde Bonting., SH. Baik di Makale maupun di Rantepao ada beberapa anggota dewan yang juga ikut menyaksikan film ini bahkan juga turut memberi komentar dalam sesi diskusi.
Ketua KNPI Tana Toraja Alexander Patandean
saat mengmandangkan lagu Indonesia Raya
Yohanis Lintin., S.th (anggota DPRD Tana Toraja)
juga hadir dan memberikan kritikan terhadap film garapan Belo Tarran
salah satu pengurus KNPI Tana Toraja
sebagai Moderator di Makale
 Penonton dalam pemutaran film kali ini dihadiri lebih banyak dari sebelumnya. Lebih dari 200 orang hadir menyaksikan film ini diantaranya adalah pelajar dan Masyarakat umum, tampak pula beberapa Mahasiswa dari UKI Toraja dan Mahasiswa kampus lainnya.
Beberapa pelajar SMU juga hadir di hotel puriartha Makale
Pada pemutaran film di Rantepao beberapa tokoh masyarakat memberikan komentar dan tanggapannya mengenai peristiwa Bori 1917.
Ketua Panitia Zakarias dalam sambutannya
di Puruartha Makale 
Daniel Pongmasangka yang juga adalah cucu Pongmasangka menyayangkan sikap BPS yang tidak koperatif dan selalu menghindar bila diundang dalam diskusi atau seminar tentang motif pembunuhan sang misionaris Antoni Aris Van De Loostercht.
Ketu Geppmator Frans Bore
memberikan sambutan di Puriartha Makale
 Menurutnya BPS selaku lembaga gereja seharusnya bersikap terbuka dan mampu memerikan penjelasan kepada seluruh jemaat tentang motif pembunuhan itu.
Ketua KNPI Tana Toraja dalam sambutannya  di hotel puriartha Makale
Adapula seorang penonton yang berasal dari Pangngala mengatakan bahwa motif dari pembunuhan itu bukanlah karna para pelakunya menolak Ziar atau Injil yang digaungkan oleh A. A Van de Loostercht, namun pembunuhan itu dilakukan hanya karna semata mata pelaku melihat bahwa  A. A Van de Loostercht adalah warga Negara Balanda yang pada saat itu menjajah di Toraja. Tokoh adat yaitu Barumbun bahkan mengatakan dalam sesi diskusi bahwa Masyarakat Toraja sangat keliru karna telah mendewakan pahlawan kesiangan dan melupakan suadara sesuku sendiri yang telah menjadi tawanan dan korban pembuangan Belanda.
Pemaparan Singkat Sutradara tentang film di puriarhta Makale

Beliau juga mengatakan bahwa seharusnya Masyarakat Toraja merasa malu ketika sejarah ini harus diungkap oleh kalangan anak muda yang tergabung dalam Geppmator. Menurutnya Geppmator lebih aktif melakukan  penggalian sejarah dari pada masyarakat Toraja sendiri yang selama ini merasa besar dan benar.
Asisiten III (Dice Kondorura) mewakili Bupati Tana Toraja
membuka acara di Makale
Penonton yang sangat antusias di hotel Puriartha Makale
Di Makassar dan Makale pihak BPS yang telah diundang tidak pernah hadir dalam kegiatan tersebut. Begitu pula di Rantepao, BPS tidak tampak hadir dalam pemutaran terakhir film “darahku Merah Bukan Hitam”.
Penonton yang hadir di Puriartha Makale
Ketua Geppmator Frans Bore dan ketua panitia Zakarias sangat menyangkan ketidakhadiran BPS dalam kegaiatan ini. Menurut mereka bahwa jauh hari sebelumnya panitia telah mengundang BPS untuk turut hadir dalam pemutaran dan diskusi tentang film ini. Frans menambahkan bahwa ketidakhadiran BPS di Makale menimbulkan pertanyaan disejumlah kalangan. Karna tidak hadirnya BPS dalam pemutaran film sebelumnya maka sehari sebelum pemutaran film di Rantepao (07 Des 2012) Frans dan Zakarias menemui BPS. Ketua dan wakil ketua BPS tidak berada di tempat ketika itu maka Frans hanya bertemu dengan sekum dan wasekum. Dalam pertemuuan itu Frans menyatakan kerinduannya pada BPS untuk hadir dalam kegiatan tersebut.

Pendeta GT Jemaat Pangli
memimpin doa pempukaan di Art Centre
Rantepao
Bahkan ditambahkannya bahwa Geppmator tidak berniat untuk menyudutkan BPS dan tidak ingin BPS makin terpojok akibat menghindari kegiatan ini. Menurut Frans bahwa dalam pertemuan itu tidak ada satu kalimatpun yang dikeluarkan oleh sekum selain “saya koordinasikan dulu dengan ketua”. Namun pada kenyataannya BPS tidak hadir dalam kegiatan tersebut.
Beberapa Pejabat teras juga menghadiri
pemutaran film di Rantepao
Dalam pemutaran film yang terakhir di Rantepao Pdt. DR. A. Kabangnga., M.th selaku moderator membacakan pokok pokok pikiran dalam diskusi tersebut diantaranya adalah memberi kepercayaan bagi Geppmator untuk mengeluarkan rekomendasi kepada Pemda dan BPS agar segera mempertemukan pihak pihak yang terkait untuk duduk bersama mendiskusikan dan menyatukan persepsi tentang peristiwa Bori 1917.
Nampak pelajar dari berbagai SMU juga hadir
art centre Rantepao
Ketua Panita Zakarias mengatakan kegiatan ini tidak akan dapat terlaksana tanpa dukungan dari berbagai pihak. Beliau mengucapkan terima kasih atas partisipasi dan dukungan masyarakat Toraja dan juga pemda Tana Toraja dan Toraja Utara yang sangat antusias dengan pemutaran dan bedah film ini.
Pong Barumbun melegitimasi kegiatan secara adat
atau Ma'parapa'
Suksesnya pemutaran film ini tidak lepas dari kebersamaan komunitas dunia maya seperti Social Solata Network (SSN), Persatuan Perantau Toraja Seluruh Dunia (Pepata), Persatuan Perantau Peduli Toraja (P3T), Lumbung Aspirasi Masyarakat Toraja (Lumat).
Rana Dase membacakan Puisi
Art Centre Rantepao
"TORAJA DIPERSIMPANGAN JALAN"
Berikut adalah nama nama Nara Sumber dan Panelis dalam bedah film “Darahku Merah Bukan Hitam” yang dilaksanakan di Makassar, Makale dan Rantepao :

  1. Prof. DR. Edwar L. Poelinggomang ., MA    (Nara Sumber)
  2.  Prof. Sampe Paembonan (Nara Sumber)
  3. Pdt. DR. A. Kabangnga., M.th (Panelis)
  4. Y. S Paliling., MM (panelis)
  5.  Ir. Saka Pamangin (panelis
  6.  Rendi S.kom (panelis)
  7. Belo Tarran S.kom (sutradara)
  8. Yahanes Pakendek., S.pd (moderator)
Ketua Geppmator Frans Bore Sampe Padang
memberikan sambutan di Art Centre Rantepao

Ma'parapak oleh Pong Barumbun sebelum pemutaran film di Art Centre Rantepao
Martin Delsi Karoma mewakili ketua Panitia
memberikan sambuta di Art Centre Rantepao

Imelda memandu penonton menyanyikan lagu
Indonesia Raya

Salah satu penonton memberikan komentar tentang  cerita film

Penonton yang hadir menyaksikan Film dengan seksama

Erson menjadi MC di pemutaran film yang terakhir
di Rantepao

Wakil ketua Dinas Pendidikan mewakili Bupati
Toraja Utara membuka Acara

Kehadiran penonton memacu kerja Panitia

Tak Ketinggalan Pelajar ikut serta

Belo Tarran memaparkan secara singkat tentang film sebelum pemutaran

Para Nara Sumber dan Panelis serta Sutradara di Art centre Rantepao

Pdt. DR. A. Kabanga sebagai moderator di Art Centre Rantepao

Panelis di Art Centre Rantepao

Prof. DR. Edward Poelinggomang sebagai Nara Sumber

Peserta yang memberikan komentar tentang terbunuhnya A.A Van DE Loostherct

Penonton tak berhenti memberikan tanggapan

Pong Barumbun juga memberikan Komentar

Seorang Penonton yang hadir lebih awal sangat antusias

Oktoviandi Rantelino adalah satu Alumni STT INTIM  juga memberikan komentar

Daniel Pong Masangka menyangkan ketidakhadiran BPS

Advokat Somba Tonapa., SH., MH juga hadir 

Sebagian Panitia Berpose bersama

Melepas kelelahan setelah kegiatan


2 komentar:

  1. layak diapresiasi.. salut!! semoga ada even sejenis di lain hari saat pulang kampung :D

    BalasHapus

Salama' Marampa'

Banuari na simambela anna den tang sisangbanua
Lindori nasitoyangan anna den tang sitiro lindo sibengan petawa mammi'
Limari na tang sitadoan anna tang sitoe manda' sisalama'
Apa ia pole' tu penawa tontong sikala' rambu raya